Jumat, 26 Juni 2015

INFO PENYAKIT: PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)



LAPORAN PENDAHULUAN
PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

A.    PENGERTIAN
·         Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosus pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persistent.
(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001)
·         Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
(Surati, Rita Yuliani, 2001)
·         Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002)
·         Duktus Arteriosus Persisten (DAP) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Kelainan ini merupakan 7 % dari seluruh penyakit jantung bawaan. Duktus Arteriosus Persisten sering dijumpai pada bayi prematur. Insiden bertambah dengan berkurangnya masa gestasi. (Mansjoer, Arif, dkk, 2000)
·         Duktus Arteriosus Terbuka (DAT) atau lebih dikenal sebagai Patent Duktus Arteriosus merupakan sejenis penyakit jantung bawaan/kongenital yang sering terjadi dikalangan bayi yang  dilahirkan dimana terjadi kegagalan duktus arteriosus untuk menutup selepas kelahiran. Biasanya terjadi pada bayi yang tidak cukup bulan, bayi yang mempunyai sindrom gawat pernapasan dan kelemahan otot duktus arteriosus.

B.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum diketahui pasti,tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan.
1.      Faktor Prenatal
a.       Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella semasa trimester.
b.      Ibu alkoholisme dan merokok
c.       Umur ibu lebih dari 40 tahun
d.      Ibu menderita penyakit diabetes melitu (DM) yang memerlukan insulin
e.       Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
f.       Prematur
2.      Faktor Genetik
a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.      Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan
c.       Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
d.      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)

C.    PATOFISIOLOGI
·      Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus).
·      Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut.
·       Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus.
·      Tahapan penutuan anatomis duktus adalah sebagai berikut:
ü Terpisahnya endotelium dari lamina elastik internal, yang mengakibatkan edema subendotelial.
ü Bertumbuhnya sel-sel endotelial, migrasi sel-sel otot polos yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan wubendotelium dan fragmentasi dari lamina elastik internal
ü Penutupan lumen oleh aposisi sel endotelium
ü Akumulasi lipid yang diikuti oleh degenerasi subendotelial ke arah central dan keluar/perifer sehingga lapisan endotel hilang.
·      Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.
·      Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik hampir sama, persamaan teresbut juga pada resistensi dalam aorta dan arteri pulmonalis. Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai mengalir dr aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt) darah kembali bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri ventrikel kiri pengaruh perubahan sirkulasi meningkatkan kerja jantung bag kiri meningkatkan kongesti pemb drh pulmonal & memungkinkan resistensi meningkatkan tekanan ventrikel kanan & hypertrofi.
·      Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
·      Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral.
·      Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented).
·      Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).
·      Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus.
·      Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu.
·      Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
·      Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).

D.    MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamakan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat napas. Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4-6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimtomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda gagal jantung kongestif (CHF).
1.      Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2.      Machinery murmur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3.      tekanan nadi besar/nadi menonjol dan meloncat-loncat, tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)
4.      Takhinardi (denyut apek lebih dari 170), ujung jari hiperemik
5.      Resiko endokarditis dan obtruksi pembuluh darah pulmonal
6.      Infeksi saluran napas berulang, mudah lelah
7.      Apnea
8.      Tachypnea
9.      Nasal faring
10.  Retraksi dada
11.  Hipoksemia
12.  Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001; Betz & Sowden, 2002)

E.     KOMPLIKASI
1.      Endokarditis
2.      Obtruksi pembuluh darah pulmonal
3.      Kardiomegali
4.      CHF terjadi akibat masalah tekanan darah tinggi pulmonal yang kronik
5.      Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
6.      Enterokolitis nekrosis
7.      Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misanya sindrom gawat napas atau displasia bronkopulmoner)
8.      Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
9.      Hiperkalemia (penurunan keluaran urine)
10.  Aritmia
11.  Gagal tumbuh
(Betz & Sowden, 2002 ; 376-377, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236)

F.     DIAGNOSIS
Tergantung dari besarnya diameter duktus dan tingkat resitensi pulmonal, gejala-gejala klinis duktus arteriosus persisten akan memberikan variasi yang lebar, mulai dari tanpa keluhan sama sekali sampai timbulnya gagal jantung yang berat dan bahkan tanda-tanda sianosis karena pirau berbalik dari kanan ke kiri. Sebagian besar anak dengan duktus arteriosus persisten tidak memberikan keluhan, karena duktus biasanya kecil dan mengalami konstriksi.
(Baraar, Faisal, 1995)

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Medis
a.       Penatalaksanaan konservatif: Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan: Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskuler. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
b.      Pembedahan: pemotongan atau pengikatan duktus.
c.       Non pembedahan: penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
2.      Keperawatan
Pasien PDA baru dirawat di rumahsakit bila sedang mendapat infeksi saluran naps, karena biasanya sangat dipsnea dan sianosis sehingga pasien terlihat payah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah bahaya terjadinya gagal jantung, resiko terjadinya infeksi saluran napas, kebutuhan nutrisi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
a.       Bahaya terjadinya gagal jantung
Dengan adanya pirau kiri dari kiri ke kanan darah yang mengalir ke bilik kanan menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot bilik kanan yang ototnya tidak setebal bilik kiri akan menjadi lebih berat danakibatnya akan terjadi gagal jantung. Bayi memerlukan perawatan yang baik dan pengawasan medis yang teratur agar bila terjadi sesuatu lekas dapatdiambil tindakan, karena itu bayi harus secara teratur kontrol di bagian kardiologi atay dokter yang menanganinya.
b.      Resiko Infeksi Saluran Pernapasan
Pasien dengan pirau kiri ke kanan mudah mendapat infeksi saluran napas karena darah di dalam paru-paru lebih banyak sehingga pertukaranoksigen tidak adekuat. Dalam perawatan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)      Ruangan harus cukup ventilasi, tetapi boleh terlalu dingin
2)      Baringkan dengan kepala lebih tinggi (semi fowler)
3)      Jika banyak lendir baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberi ganjal di bawah bahunya (untuk memudahkan lendir keluar).
4)      Sering isap lendirnya, bila terlihat banyak lendir di dalam mulut, bila akan memberi minum, atau bila akan mengubah sikap berbaringnya.
5)      Ubah sikap berbaringnya setiap 2 jam. Lap dengan air hangat bagian yang tertekan dan diberi bedak.
6)      Bila dipnea sekali diberikan oksigen 2-4 L per menit. Lebih baik periksa astrup dahulu untuk menentukan kebutuhan oksigen yang sebenarnya sesuai dengan kebutuhan.
7)      Observasi tanda vital
c.       Kebutuhan nutirisi
Karena bayi susah makan/minum susu maka masukan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya untuk pertumbuhan. Kecukupan makanan sangat diperlukan untuk mempertahankan kesehatan bayi sebelum dioperasi. Makanan yang terbaik adalah ASI, jika tidak ada ASI diganti dengan susu formula yang cocok. Berikan makanan tambahan yang sesuai dengan umurnya misalnya buah, biskuit, bubur susu atau tim saring.
Bayi yang sangat dipsnea susah mengisap dot atau menetek, maka perlu dipasang infus untuk memenuhi kalori dan dapat juga untuk memasukkan obat secara intravena atau untuk koreksi asidosis. Infus biasanya diberikan cairan 3:1, yaitu glukosa 5% dikombinasi dengan NaCL 0,9 %. Perhatikan tetesan tidak boleh terlalu cepat karena memnambah bebankerja jantung.
d.      Gangguan rasa aman dan nyaman
1)      Baringkan semifowler untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
2)      Berikan oksigen sesuai dengan keadaan sianosisnya (rumus 1-2 L/menit)
3)      Ubah posisi tidur setiap 2-3 jam, lap tubuhnya supaya kering, kemudian dibedaki, hati-hati debu bedak terhirup yang menyebabkan pasien batuk.
4)      Selimuti pasien agar tidak kedinginan tetapi tidak boleh mengganggu pernapasan
5)      Hati-hati jika menghisap lendir, jangan memacu mundurnya kateter.
6)      Jika bekas infis terjadi hematoma, oleskan jel thrombophob atau kompres dengan alkohol.
7)      Jika orang tua tidak menunggui harus lebih diperhatikan, ajak berbicara walaupun pasien seorang bayi.
e.       Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Orang tua pasien perlu dibertahu bahwa pengobatan anaknya hanya dengan jalan operasi. Selama operasi belum dilakukan anak akan selalu menderita infeksi saluran pernapasan berulang, sedangkan untuk operasi diperlukan kesehatan tubuh yang baik karenanya anak perlu perawatan yang cermat.
1)      Anak harus mendapatkan makanan yangcukup bergizi. Susu boleh diberikan lebih banyak karena biasanya nafsu makannya kurang.
2)      Hindarkan kontak dengan orang/anak yang sedang sakit misalnya batuk, pilek.
3)      Hindarkan bayi/anak kontak dengan banyak orang untuk mencegah infeksi (bila tidak perlu sekali tidak usah dibawa ke luar rumah)
4)      Agar secara teratur dibawa kontrol di bagian kardiologi. Bila mendapat obat harus diberikan dengan benar.
5)      Usahakan agar lingkungan ruah bersih. Rumah cukup ventilasi dan sinar matahari, tetapi kamar tidur jangan dingin. Bila menggunakan AC, pasien harus diselimuti tetapi tidak membebani pernapasannya. Jangan mandi terlalu pagi atau terlalu sore dan harus menggunakan air hangat

1 komentar:


  1. Dr itua healing herbs.
    The worst time has passed”However, it is true that there are more improvements than before...because of the rising numbers of people living with HIV in the state of Nevada. How could they stigmatize all of them? Therefore everything becomes a little easier and we start to share everything... We also started to invite and visit each other in a community. You know, it is six years since I started taking antiretroviral drugs...Yet whatever problems I face, the worst time has passed
    When I was evicted from the family home by my mother, my father rented a small room for me. But my mother and brothers believed that having HIV was my own fault – and that I deserved to be punished...I also considered myself unworthy and without hope... But I have a child and eventually I convinced myself to live for my child’s sake.
    My mother knew nothing [about HIV]. She didn’t understand anything. Do you know why? She didn’t have [the chance] to go out of the house and communicate with society. However, my father does interact with the community. I know his friends are mature and dignified in africa america. So he has a better understanding than her.
    My father came call me on a sadfull day sitting on my couch about a friend of his from africa who introduce him to Dr Itua herbal cure in africa in which he advise we should purchase his herbal medicine to cure my hiv so we did and Dr Itua prescribed I should drink the herbal medicine for two weeks to cure although we were so curious about the whole thing ,I finished the herbal medicine like he advised then he talked to me to visit my nearest clinic for check up I did and now I'm totally cured from Hiv my father was my rock and I and my family are now happy together also Dr Itua has be helpful in my community ever since he cure my Hiv and my tinnitus so why I'm leaving my story on here today is to reach out someone out here to hope on God and never give up no matter the situation you that you are facing especially through this pandemic seasons which has really taught us all on how we should be helpful to each other and cherish one another.
    Dr Itua cures the following diseases..... Herpes,Liver cancer,Throat cancerLeukemia. ,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma Infectious mononucleosis.
    Intestinal cancer,Uterine cancer,Fibroid,Bladder cancer,Hiv,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Oral cancer,Sinus cancer,Hepatitis A,B/C,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer,Vaginal cancer,Tinnitus,Vulvar cancer,
    Testicular cancer ,Thyroid Cancer.
    You can contact Dr Itua Herbal Center on E-Mail: drituaherbalcenter@gmail.com .www.drituaherbalcenter.com.

    BalasHapus