Selasa, 30 Juni 2015

INFO PENYAKIT PATAH TULANG (FRAKTUR)


FRAKTUR

a. Definisi Fraktur
           Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis serta luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh adanya pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak ataupun kontraksi otot ekstrim. Meskipun patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh yang dapat mengakibatkan udema jaringan lunak, perdarahan keotot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau fragmen tulang.

b. Jenis Fraktur
    1. Fraktur Komplet
        adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal
2. Fraktur Tidak komplet
yaitu patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur Tertutup ( simpel)
Yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur Terbuka (komplikata atau kompleks)
merupakan fraktur dengan luka pada kulit adau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi:
a.       Grade I dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 Cm
b.      Greade II luka lebih luas tanpa kerusaka jaringan lunak yang ekstensif.
c.       Grade III mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensi yang sangat terkontaminasi dan merupakan yang paling berat.
Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang: fraktur bergeser atau tidak bergaser. Berikut adalah berbagai jenis kusus fraktur:
â  Green stick. Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainya membengkok.
â  Trasfersal. Fraktur sepanjang garis tengah tulang.
â  Oblik, fraktur membetuk sudut denga membentuk garis tengah tulang (lebih tidak stabil daibanding transfersal).
â  Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
â  Kominutiv, fraktur dalam tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
â  Depresi, fraktur dengan fragmen patahn terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
â  Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi ( terjadi pada tulang belakang).
â  Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit paget, metstasis tulang, tumor).
â  Avolsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada perlekatannya.
â  Epifiseal, fraktur melalui ipifisis.
â  Impaksi, fraktur dimana tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

c. Etiologi dan Faktor risiko
Etiologi fraktur:
1.      Cedera traumatik pada tulang
-          Cedera langsung : pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan
-          Cedera tidak langsung : pukulan langsung berada jauh dari benturan
2.                                                            Fraktur patologi
Kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit dimana denagn trauma minor yang dapt mengakibatkan fraktur dapat terjadi pada tumor tulang, osteomilitis, osteomalasia.
            Faktor risiko fraktur
1. Faktor risiko biologi antara lain: osteoporosis, neoplasma, cushing syndrom, terapi kortison, penuaan, malnutrisi, osteogenesis imperfecta.
2. Aktivitas perilaku berisiko tinggi seperti skateboarding, skydiving, mountain    climbing,
3. Kekerasan anak dan dewasa meningkatkan kejadian terjadinya fraktur

d. Manifestasi Klinis
1.  Nyeri, terus menerus dan bertambah berat sampai fragme tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk menimbulkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstimitas yang bisa diketahui adengan membandingkan dengan ekstrimitas normal. Ekstrimitas tak dapat berfungsi denga baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulag tempat melengketnya otot.
3.  Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
4.  Saat diperiksa dengan tangan teraba derik tulang yang disebut krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya (uji kreptus dapat berakibat kerusakan jaringan lunak yang lebih berat)
5.  Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit karena trauma dan perdarahan  yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelahb eberapa jam atau hari.
      Tidak semua tanda dan gejala diatas terdapat pada setiap fraktur. Diagnosis fraktur tergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaaan sinar X.

  1. Penatalaksanaan Kedaruratan.
Bila dicurigai adanya fraktur penting untuk mengimobilisasi bagian tubuh segera sebelum pasien dipindahkan bila pasien yang mengalami cidera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstrimitas harus disangga diatas dan di bawah tempat fraktur untuk mencegah gerakan rotasi/angulasi. Gerakan frgmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak, dan perdarahan lebih lanjut. Nyeri dapat dikurangi dengan menghindari gerakan fragmnen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
            Imobilisasi tulang panjang ekstrimitas bawah juga dapat dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ekstrimitas yang sehat sebagai bidai bagi ekstrimitas yang cidera.
            Pada ekstrimitas atas lengan dapat dibebatkan pada dada atau lengan bawah yang cidera digantung pada sling. Pada fraktur terbuka luka ditutup dengan pembalut bersih atau steril untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam, jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur bahkan jika ada fragmen tulang melalui luka.

e.  Prinsip Penanganan Reduksi Fraktur
1. Reduksi fraktur, mengembalikan fragmen tulang  pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.  Reduksi tertutup, fraksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode yang dipilih tergantung pada sifat fraktur tapi prinsip yang mendasari sama. Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur pasien harus dipersiapkan: ijin melakukan prosedur, analgetik sesuai ketentuan, dan persetujuan anestasi.
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisiya dengan manipulasi dan traksi manual.
2. Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi yang disesuaikan dengan spsme otot yang terjadi.
3.  Reduksi terbuka, alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya.
4. Imobilisasi Fraktur, setelah direduksi fragmen tulang harus di imobilisasi dan dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal (gips,pembalutan, bidai, traksi kontinyu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal) dan interna ( implant logam ).
5.  Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dam imoblisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neuroveskuler ( mis. Pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau dan ahli bedah ortopedi diberi tahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan. Latihan isometrik dan setting otot diusahaka untuk meminimalkan atrifi disuse dan meningkatkan peredaran darah. Pengembalian brtahap pada aktifitas swemula diusahakan sesuai dengan batasan terapeutik.
6.  Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.
â  Imoblisasi fragmen tulang
â  Kontak fragmen tulang maksimal
â  Asupan darah yang memadai
â  Utrisi yangbaik
â   Latihan pembebanan untuk tulang panjang
â  Hormon-hormonn pertumbuhan , tiroid, kaisitonon, vitamin D, steroid dan anabolik
â  Potensial listrik pada patahan tulang
7. Faktor yang menghambat penyembuhan tulang
â  Trauma lokal ekstensif
â  Kehilangan tulang
â  Imoblisasi tak memadai
â  Rongga atau ajaringan diantara fragmen tulang
â  Infeksi
â  Keganasan lokal
â  Penyakit tulang metabolik (paget)
â  Tadiasi tulang (nekrosis radiasi)
â  Nekrosis evakuler
â  Fraktur intraartikuler (cairan senovial mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan darah awal dan memperlambat pertumbuhan jendalan)
â  Usia (lansia sembuh lebih lama)
â  Kartikusteroid (menghambat kecepata perbaikan

f.Perawatan Pasien Fraktur tertutup
Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali kepada aktifitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas memerlukan waktu berbulan-bulan. Pasien diajari mengontrol pembengkakan dan nyeri, mereka didorong untuk aktif dalam batas imoblisasi fraktur, pengajaran pasien meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan, pemantauan kemungkinan potensial masalah, dan perlunya supervisi perawatan kesehatan.
g.Perawatan Pasien Fraktur Terbuka
Pada fraktur terbuka (yang berhubungan luka terbuka memanjang  sampai ke permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi-osteomielitis, gas gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah untuk meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak da tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan usapan luka, pengangkatan fragmen tulang mati atau mungkin graft tulang.
h.  Komplikasi Fraktur
a.  Komplikasi awal
     Komplikasi awal setelah fraktur adalah :
      -  syok , yang bisa berakibat fatal setelah beberapa jam setelah cidera;
      -  emboli lemak;
      - dan sindrom kompartemen yang bisa berakibat kehilangan fungsi ekstimitas permanen   jika tidak segera ditangani.
Komplikasi awal lainya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, (emboli paru), dan juga koagulapati intravaskuler diseminata (KID)
  1. Komp1ikasi lambat
Komplikasi lambat yang dapat terjadi setelah fraktur dan dilakukan tindakan adalah :
    -  Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan dapat dibantu dengan stimulasi elektrik osteogenesis karena dapat mamodifikasi lingkungan jaringan membuat bersifat elektronegatif sehingga meningkatkan deposisi mineral dan pembentukan tulang.
  -   Nekrosis evaskuler tulang terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan mati.
  -   Reaksi terhadap alat fiksasi internal.
     
i.  Fraktur Klavikula.
      Fraktur klavikula merupakn cedra yang sering terjadi karena jatuh atau akibat hantaman langsung ke bahu. Cedra kepala yang menyertai sering terjadi bersama dengan fraktur ini.
      Klavikula membantu mengangkat bahu ke atas, ke luar, dan ke belakang  thoraks. Maka, bila klavikula pata, apsien akan terlihat bdalam posisi melindungi bahu jautuh ke bawah dan mengimobilisisi lengan untuk menghindari gerakan bahu. Tujuan penangannya adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya denagn cara reduksi tertutup dan imobilisasi.
      Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengan atai proksimal klavilkula. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) tau balutan berbentuk angka delapan dapat dipergunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang dan mempertahankannya dlam posisi ini. Fraktur sepertiga distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapa ditangani dengan sling dan perbatasan gerakan lengan. Bila fraktur sepertiga disatal disertai denagn terputusnya ligamen korakoklavikula akan terjadi pergeseran yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fikasasi interna.
      Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brachialis, cedera vena atau arteria subklavia akibat fragmen tulang dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Penanganan.
Pendidikan pasien dan pertimbangan di rumah, pasien diingatkan untuk tidak menaikan lengan lebih tinggi dari bahu sampai ujung patahan tulang mengalami penyatuan ( sekitar 6 minggu), namun didorong untuk melakukan latiahan siku, pergelangan tangan dan jari-jari untuk mencapai gerakan bahu yang sempurna. Aktivitas berlebihan harus dibatasi sampai selama 3 bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar