CEDERA TULANG BELAKANG
Definisi
Cedera tulang
belakang merupakan kelainan yang pada masa kini lebih banyak memberikan
tantangan karena perubahan dan pola trauma serta kemajuan di bidang
penatalaksanaannya. Cedera tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang
dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal.
Etiologi
Cedera tulang belakang terjadi sebagai
akibat :
1.
jatuh dari
ketinggian, misal pohon kelapa, kecelakaan ditempat kerja.
2. kecelakaan
lalu lintas
3. kecelakaan
olah raga
cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompresi atau
rotasi tulang belakang. Didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung
oleh struktur torak.
Fraktur dapat
berupa patah tulang sederhana, kompresi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan
kerusakan sumsum tulang belakang dapat berupa memar, kontusio, kerusakan
melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau
perdarahan.
Kelainan sekunder
pada sumsum tulang belakang dapat disebabkan oleh hipoksemia dan iskemia.
Iskemia disebabkan hipotensi, udem, atau kompresi.
Perlu disadari
bahwa kerusakan pada sumsum tulang belakang
merupakan kerusakan yang permanent karena tidak akan terjadi regenerasi
dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan
apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf
atau disebabkan oleh tekanan, memar atau udem.
Manifestasi
klinik
Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya
kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang manifestasinya : hilangnya fungsi
motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal.
Syok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena
hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai
dengan:
1. Kelumpuhan
flasid
2. anesthesia
3. arefleksi
4. Hilangnya
prespirasi
5.
Gangguan
fungsi rectum dan kandung kemih
6. Priapismus
7. bradikardi
dan hipotensi.
Setelah syok spinal pulih kembali, akan terdapat
hiperrefleksi. Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering
karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik serta gangguan kandung kemih
dan gangguan defekasi.
Sindrom sumsum belakang bagian depan
menunjukkan kelumpuhan otot lurik dibawah tempat kerusakan disertai hilangnya
rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak
terganggu.
Cedera sumsum belakang sentral jarang
ditemukan. Keadaan ini pada umumnya terjadi akibat cedera didaerah servikal dan
disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari
dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat. Manifestasinya berupa tetraparese
parsial. Gangguan pada ekstermitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas
atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu.
Sindrom
Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separuh lateral sumsum tulang
belakang. Gejala klinik berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan
posisi ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu.
Kerusakan tulang belakang setinggi
vertebra L1-L2 mengakibatkan anesthesia perianal, gangguan fungsi defekasi,
miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokavernosa.
Sindrom ini disebut sindrom konus medularis.
Sindrom
kauda equine disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbo sacral setinggi
ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anesthesia di daerah
lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medularis.
Pencegahan
dan penatalaksanaan
Cedera
tulang belakang bila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian
atau kelainan yang menetap berupa kelumpuhan yang permanent. Kelumpuhan yang
terjadi mempunyai dampak perawatan yang rumit dan memerlukan banyak peralatan. Ada dua tujuan utama
penanganan cedera tulang belakang:
1.
Tercapainya
tulang belakang yang stabil serta tidak nyeri
2.
Mencegah
terjadinya jejas lintang sumsum tulang belakang sekunder.
Tindakan yang
dilakukan untuk penanganan cedera tulang belakang :
1.
Lakukan
imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan).
2.
Optimalisasi
faal ABC: jalan nafas, pernafasan dan peredaran darah.
3.
Penanganan
kelainan yang lebih urgen (pneumotorak??)
4.
Pemeriksaan
neurologik untuk menentukan tempat lesi
5. Pemeriksaan
radiologik (kadang diperlukan)
6.
Tindak
bedah (dekompresi, reposisi atau stabilisasi)
7. Pencegahan
penyulit
·
Ileus paralitik → sonde lambung
·
Penyulit kelumpuhan kandung
kemih
·
Pneumoni
·
Dekubitus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar